Seperti yang dilansir dari
kantor berita Iran, Mehr,
Iran telah menciptakan sendiri pesawat tak berawak (UAV). Ini merupakan perkembangan terbaru dari teknologi modern. Pesawat tak berawak ini dikabarkan mampu take-off secara vertikal dengan baik. Hingga kini, UAV seperti ini belum pernah diciptakan oleh negara manapun, seperti yang dicatat oleh kepala tim pengembangan proyek Abbas Jam, UAV ini tidak memerlukan landasan dan alat pelontar untuk lepas landas, Mungkin menggunakan tilt rotor layaknya V-22 Osprey AS-.
Prototipe UAV ini telah diuji pada 3 November 2012 lalu di hadapan komando tinggi Iran. Tes lebih lanjut (konferehensif) dari UAV baru ini dijadwalkan tahun depan. Pencapaian teknologi tinggi Iran ini rencananya akan ditampilkan pada publik ketika peringatan hari ulang tahun revolusi Islam Iran ke-34.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Iran
Ahmad Vahidi mengatakan bahwa Iran telah memiliki
pesawat tak berawak yang dibuat dengan teknologi terbaru. Menurutnya, militer Iran juga telah mengantongi foto-foto dari wilayah-wilayah rahasia di Israel yang diambil oleh pesawat tak berawak tersebut yang diluncurkan Iran dari Lebanon.
Menurut para analis independen, UAV tersebut dibuat karena kekuatan pertahanan udara Republik Islam Iran telah berhasil menjatuhkan UAV AS pada tahun lalu. Para analis meyakini pengembang industri pertahanan Iran menciptakan UAV tersebut berdasar pada UAV AS yang dijatuhkan. Mundur kebelakang, pada Desember tahun lalu, media Iran melaporkan bahwa militernya di bagian timur berhasil menjatuhkan UAV RQ-170 milik AS, bahkan ini disiarkan langsung di televisi. Washington meminta kembali UAV-nya, namun Teheran menolak permintaan tersebut. UAV AS ini dilengkapi dengan sistem surveilans, radar dan komunikasi elektronik terbaru. Rumor yang beredar mengatakan penyebab jatuhnya UAV itu
akibat serangan cyber dari intelijen Iran.
NBC channel Amerika memberitakan bahwa RQ-170 digunakan oleh AS guna memperoleh informasi tentang fasilitas nuklir Iran. Isu yang beredar, setelah kejadian, Washington berniat mengirimkan unit khusus ke Iran guna merebut kembali UAV tersebut dan membawanya ke pangkalan militer AS. Namun, rencana itu dinilai penuh berisiko dan akhirnya dibatalkan.
Seperti halnya di negara lain, industri pertahanan Iran telah berkembang di berbagai bidang. Baru-baru ini, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa Angkatan Darat Iran telah memperoleh rudal jarak pendek darat-ke-darat model baru. Adalah rudal Fateh-110 yang waktu peluncurannya lebih cepat, jangkauan lebih jauh, dan tetap efektif digunakan bahkan dalam kondisi cuaca buruk.
Rudal Fateh-110 (Fateh="Penakluk") adalah murni senjata defensif, kata Ahmadinejad. Ahmadinejad mengatakan kepada para petinggi militernya bahwa Iran memodernisasi angkatan bersenjatanya tidak untuk tujuan agresif, tapi hanya sebagai antisipasi. "Kita melakukan ini bukan untuk meraih posisi dominan atau untuk memenangkan persaingan dengan negara-negara tetangga," kata Ahmadinejad dalam pidatonya. Dia juga memperkenalkan senjata modern lainnya, seperti mortir, sistem pelacakan baru yang dikembangkan oleh intelijen, dan mesin diesel untuk kapal-kapal perang.
Selain itu, Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi mengatakan bahwa ia bermaksud untuk melengkapi tentara Iran dengan jet tempur modern, rudal, kapal selam dan drone. Iran telah berusaha untuk mengembangkan program swasembada militer sejak tahun 1992. Pemimpin militer negara ini meyakini fakta yang mengatakan bahwa perang di masa depan akan dilakukan di udara dan di air. Oleh karena itu, Teheran meng-upgrade sendiri sistem pertahanan udaranya dan meningkatkan kekuatan armadanya.
Sulit untuk memverifikasi informasi tentang senjata-senjata baru Iran karena pemerintah Iran terus merahasiakan semua rincian teknis teknologi pertahanan mereka.
Bayangkan jika kami memiliki bom nuklir. Apa yang akan kami lakukan dengan itu? Apa wajar jika bertarung dengan lima ribu bom Amerika dengan satu bom
Setiap negara berusaha untuk mengembangkan militernya. Setiap negara akan berusaha untuk melindungi diri dan warganya apapun itu caranya. Iran tidak terkecuali, namun mengapa perhatian dunia terfokuskan pada negara ini, terutama, perhatian Amerika Serikat. Tentu, Washington tidak senang dengan peningkatan Angkatan Bersenjata Iran. Ada beberapa dugaan bahwa Republik Islam ini terkait dengan penciptaan senjata nuklir dan akhirnya sanksi dan embargo pun diberlakukan. Mari kita lihat apakah masalah tersebut dapat berkembang. Iran memandang Israel dan AS sebagai lawan potensial. Tidak menutup kemungkinan kedua negara itu menyerang Iran guna memusnahkan program nuklirnya yang tujuannya, menurut dunia internasional, adalah untuk memperoleh senjata nuklir. Politisi Amerika melakukan segala cara yang mereka bisa agar Iran tidak mampu menahan agresi Amerika Serikat dan Israel. Presiden Iran menanggapi hal tersebut dengan ini : "Bayangkan jika kami memiliki bom nuklir. Apa yang akan kami lakukan dengan itu? Apa wajar jika bertarung dengan lima ribu bom Amerika dengan satu bom?
Orang yang waras tidak akan berfikir serius terhadap Iran, bahkan jika Iran berhasil mengembangkan senjata nuklir, sama saja melakukan bunuh diri nasional dengan menggunakan 1 bom nuklir untuk menyerang negara yang memiliki senjata nuklir yang banyak (AS atau Israel). Sebuah tindakan yang sangat tidak rasional.
Tujuan dari kampanye AS ini adalah untuk membujuk dunia internasional untuk mendukung agresi dan mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir. Apa alasan sebenarnya di balik fakta bahwa pemerintah Amerika Serikat dan Israel begitu gencar mencegah republik Islam Iran mengembangkan nuklirnya?.
Kehadiran senjata nuklir di Iran akan mencegah AS melakukan agresi. AS tidak ingin Iran menjadi kekuatan besar di Timur Tengah. Washington tidak rela membiarkan Teheran memperoleh senjata nuklir, jika tidak, maka AS akan kehilangan pengaruh atas wilayah tersebut.
Kehadiran senjata nuklir di sebuah negara dapat mencegah/menghalangi agresi dari negara-negara lain (seperti kasus Iran, AS dan Israel). AS menganggap jika Iran telah memiliki senjata nuklir, maka dengan mudah Iran meningkatkan pengaruhnya pada negara-negara lain di kawasan itu, dan AS tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan menyebarkan analisa-analisa menyeramkan tentang program nuklir Teheran.
"Kita perlu untuk menyerang fasilitas nuklir Iran," Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak baru-baru ini mengatakan kepada surat kabar Inggris The Daily Telegraph. Kepala Kementerian Pertahanan itu yakin bahwa serangan pre-emptive akan menjadi pilihan terbaik daripada pengeboman setelah Teheran memperoleh bom nuklir. Rencana tindakan dini Israel ini tidak di "amini" oleh Barack Obama. Obama belum menyinggung tentang operasi militer, namun masih mencoba mengatasi masalah tersebut dengan memberlakukan sanksi dan embargo terhadap Iran dengan harapan
Iran membatalkan program senjata nuklirnya.
Source :
berbagai sumber